Pestisida Ramah Lingkungan
Pestisida adalah substansi kimia dan
bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan
berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga,
tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi
(jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan
ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Pestisida juga diartikan sebagai
substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan
tanaman atau bagian-bagian tanaman.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.
Dalam konsep Pengendalian Terpadu
Hama, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip
penggunaannya adalah:
a.
Harus kompatibel dengan komponen
pengendalian lain, seperti komponen hayati
b.
Efisien untuk mengendalikan hama
tertentu
c.
Meninggalkan residu dalam waktu yang
tidak diperlukan
d.
Tidak boleh persistent, jadi harus
mudah terurai
e.
Dalam perdagangan (transport,
penyimpanan, pengepakan, labeling) harus memenuhi persyaratan keamanan yang
maksimum
f.
Harus tersedia antidote untuk
pestisida tersebut
g.
Sejauh mungkin harus aman bagi
lingkungan fisik dan biota
h.
Relatif aman bagi pemakai (ld50
dermal dan oral relatif tinggi)
i.
Harga terjangkau bagi petani.
Oleh karena itu pestisida yang ramah
lingkungan sangat diperlukan demi kelangsungan lingkunan yang baik dan aman
diantaranya adalah beberapa essential oil komersil sekarang telah digunakan
oleh petani dan essential oil ini menunjukkan adanya sifat proteksi terhadap
hama dari tanaman strawberry, bayam, dan tomat, kata para peneliti.
“Essential oil ini telah berhasil
menggantikan banyak produk pestisida yang berbasis arsen”, kata Murray Isman,
Ph.D dari Universitas British Columbia. “Tentu saja market essential oil
sebagai insektisida masih kecil, akan tetapi pertumbuhannya akan semakin
meningkat dan saat itu akan menjadi momentum yang sangat baik bagi pestisida
alami ini”
Pestisida alami ini memiliki
beberapa keuntungan. Tidak seperti pestisida konvensional, pestisida ini tidak
memerlukan ijin secara hukum untuk mempergunakannya dan berita baiknya petani
dapat menggunakannya secara langsung. Manfaat lain adalah serangga tidak akan
memiliki kesempatan untuk menciptakan sistem resistansi terhadap pestisida ini,
dan yang jelas sangat aman bagi para petani yang tentunya berhubungan langsung
dengan pengginaan pestisida ini.
Diantara manfaat tersebut, terdapat
kekurangan dari pestisida ini yaitu essential oil cenderung lebih cepat menguap
dan terdegradasi secara cepat dengan adanya sinar matahari, sehingga para
petani cenderung untuk mengaplikasikan pestisida ini beberapa kali dibandingkan
dengan pestisida konvensional. Beberapa pestisida alami ini bertahan beberapa
jam, dibandingkan pestisida konvensional yang bisa bertahan beberapa hari
sampai satu bulan, kerugian yang lain diperlukan konsentrasi yang jauh lebih
tinggi untuk dapat berfungsi secara efektif. Para peneliti sekarang bekerja
untuk meneliti agar pestisida alami ini dapat bertahan lebih lama dan lebih
bersifat potensial.
“Pestisida alami ini masih belum
menjadi satu cara efektif untuk mengontrol hama”, kata Isman. Konvensional
pestisida tetap menjadi idola dalam mengontrol hama secara efektif untuk
mengontrol ulat, belalang, kumbang dan beberapa serangga yang lebih besar,
katanya. “Akan tetapi pada akhirnya kita harus tetap memikirkan tentang
lingkungan dan keselamatan manusia”.
Pestisida alami ini tidak hanya
bermanfaat bagi pertanian.
Beberapa essential oil bermanfaat
bagi pengusir serangga di lingkungan rumah tangga. Tidak seperti pembasi
serangga rumah tangga yang konvensional yang memiliki bau yang tidak enak,
essential oil ini memiliki bau yang enak dan aroma yang menyenangkan.
Kandungannya adalah sama seperti yang digunakan dalam produk aromaterapi
seperti cinnamon dan peppermint, kata Isman.
Selain menggunakan pestisida
essential oil juga data menggunakan pestisida almi dari nabati diantaranya
yaitu menggunakan biji srikaya. Siapa tidak kenal buah srikaya? Bentuk buah dan
rasanya yang unik kerap membuat srikaya dicari orang. Selain untuk konsumsi,
srikaya ternyata memiliki manfaat lain. Biji srikaya yang diolah sedemikian
rupa mampu menjadi biopestisida untuk menangkal hama.
Inovasi tersebut lahir dari tangan
mahasiswa Departemen Matematika, Fakultas Matematika Institut Pertanian Bogor
(IPB). Adalah Prama Adistya Wijaya, Uang Ridwan, Desi Agustiani, Laita
Nurjannah, Dinis Syifaulhaq di bawah bimbingan Irma Isnafia Arif berhasil
mengawinkan biji srikaya dan Bacillus thuringiensis sehingga mampu membunuh
hama wereng hingga 70-80 persen.
“Tujuan penelitian kami untuk
menemukan sebuah formula baru yang diduga memiliki kerja ganda terhadap hama.
Bacillus thuringiensis yang menyerang organ pencernaan dengan kristal protein
dan ekstrak biji srikaya yang telah diketahui memiliki keampuhan dalam membunuh
serangga,” ujar Prama.
Bacillus thuringiensis merupakan
bakteri gram positif, berflagela, dan mampu membentuk spora. Bakteri ini
mempunyai sel-sel vegetatif, berbentuk batang lurus dengan ukuran panjang 3-5
µm dan lebar 1,0-1,2 µm jika ditumbuhkan pada medium cair standar. Pada medium
padat, koloni Bacillus thuringiensis berbentuk bulat dengan tepian kerut,
berdiameter 5-10 milimeter, berwarna putih, elevasi timbul dan permukaan
berkoloni kasar. Sementara itu, secara tradisional, tanaman srikaya atau Annona
squmosa L telah banyak dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Serbuk biji
srikaya digunakan untuk membasmi kutu anjing dan kutu kepala.
Senyawa aktif utama dalam srikaya
yang bersifat insektisida adalah squamosin dengan cara kerja menghambat
respirasi pada mitokondria serangga dan secara spesifik menghambat transfer
elektron pada proses respirasi sel sehingga serangga kekurangan energi dan
terjadi hambatan aktivitas.
“Metode yang kami gunakan adalah
dengan mengambil zat toksin dari Bacillus thuringiensis yang terbentuk setelah
difermentasi. Substrat antihama yang sudah disaring dinamakan Supernatan Bebas
Sel (SBS) yang kemudian dicampurkan dengan ekstrak srikaya,” jelasnya.
“Pada menit ke 30, campuran mampu
membunuh 70-80 persen hama. Sedangkan formula biasa hanya mampu membunuh 40-50
persen hama wereng. Daya bunuh yang lebih baik ini diakibatkan kinerja racun
ganda pada formula campuran. Hama mendapatkan efek racun pada berbagai
organnya, sehingga mempercepat kematian,” imbuh Prama. (as/okezone).
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar