PENANGANAN
PENCEMARAN UDARA PADA LINGKUNGAN HIDUP UNTUK MENGURANGI PENCEMARAN UDARA
Suhaeri
Fakultas
Teknik, Program Studi Teknik Industri, Universitas Mercu Buana
Jl. Raya Meruya Selatan, Kembangan – Jakarta Barat 11650
ABSTRACT
Pencemaran
udara merupakan suatu keadaan yang melibatkan pencampuran semua bahan kimia
atau bahan biologi yang dapat menyebabkan bahaya
bagi manusia atau organisme hidup lain serta dapat merusak alam sekitar
apabila terkandung di dalam atmosfer. Zat kimia pencemar udara adalah seperti
gas karbon dioksida, sulfur
dioksida, kloroflorokarbon, logam toksik seperti plumbum
tembaga
dan sisa radioaktif, dan lain sebagainya.
Pencemaran udara dapat bersumber dari gas
buang yang dihasilkan oleh industri, gas buang kendaraan bermotor, asap rokok, pembakaran
terbuka, dan letusan gunung berapi. Dampak yang terjadi dari pencemaran udara antara
lain penipisan lapisan ozon,
hujan asam, dan pemanasan bumi (global warming).
Kata kunci : pencemaran udara, dampak pencemaran
udara.
ABSTRACT
Air pollution is a condition that involves the mixing of all chemicals or
biological substances that can cause harm to humans
or other living organisms
and can damage the natural environment
if it is contained in the atmosphere. These chemicals are air pollutants such
as carbon dioxide, sulfur dioxide, kloroflorokarbon,
toxic metals such
as copper and plumbum radioactive decay, and so forth.
Air pollution may derive from the flue gases produced by industry, motor vehicle exhaust, cigarette smoke, open burning, and volcanic eruptions. The impact arising from air pollution include ozone depletion, acid rain, and global
warming (global warming).
Keywords: air pollution, air pollution impacts.
Keywords: air pollution, air pollution impacts.
PENDAHULUAN
Seiring
dengan bertambahnya kebutuhan manusia, banyak juga diciptakan pemuas/pemenuhan
kebutuhan manusia. Untuk itu munculah pabrik-pabrik industri sebagai pengolah
bahan mentah untuk kemudian diolah dengan sedemikian rupa menjadi barang
setengah jadi maupun barang siap pakai, untuk selanjutnya akan dikonsumsi
masyarakat. Dalam jumlah produksi yang sagat besar tiap harinya akan
menghasilkan sisa-sisa hasil dari proses pengolahan yang tidak terpakai.
Sisa-sisa inilah (limbah) apabila terakumulasi dalam jangka waktu yang lama
dapat mencemari lingkungan apabila tidak ada penanganan khusus.
Industri selalu dikaitkan sebagai
sumber pencemar karena aktivitas industri merupakan kegiatan yang sangat tampak
dalam pembebasan berbagai senyawa kimia ke lingkungan.
Sebagian jenis gas dapat dipandang
sebagai pencemar udara terutama apabila konsentrasi gas tersebut melebihi
tingkat konsentrasi normal dan dapat berasal dari sumber alami (seperti gunung
api) serta juga gas yang berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic
sources). Senyawa pencemar udara itu sendiri digolongkan menjadi senyawa
pencemar primer, dan senyawa pencemar sekunder. Senyawa pencemar primer adalah senyawa pencemar yang langsung dibebaskan
dari sumber sedangkan senyawa pencemar
sekunder ialah senyawa pencemar yang baru terbentuk akibat antar-aksi
dua atau lebih senyawa primer selama berada di atmosfer. Dari sekian banyak
senyawa pencemar yang ada, lima senyawa yang paling sering dikaitkan dengan
pencemaran udara adalah karbonmonoksida (CO), oksida nitrogen (NOx), oksida
sulfur (SOx), hidrokarbon (HC), dan partikulat (debu).
ISI
Definisi dari pencemaran udara itu
sendiri ialah peristiwa pemasukan atau penambahan senyawa, bahan, atau energi
ke dalam lingkungan udara akibar kegiatan alam dan manusia sehingga temperatur
dan karakteristik udara tidak sesuai lagi untuk tujuan pemanfaatan yang paling
baik. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa nilai lingkungan udara tersebut
telah menurun.
Pencemaran udara yang disebabkan
oleh aktivitas manusia dapat ditimbulkan dari 6 (enam) sumber utama, yaitu:
1.
pengangkutan
dan transportasi.
2.
kegiatan
rumah tangga.
3.
pembangkitan
daya yang menggunakan bahan bakar fosil.
4.
pembakaran
sampah.
5.
pembakaran
sisa pertanian dan kebakaran hutan.
6.
pembakaran
bahan bakar dan emisi proses.
Suatu penelitian dari Ross [1972]
menyatakan bahwa pengangkutan merupakan sumber yang memberikan iuran terbesar
dalam emisi pencemar per tahun dan hal ini terus meningkat karena adanya
penambahan kendaraan dalam lalu lintas di jalan raya pada lima tahun terakhir.
Di Amerika Serikat, industri memberikan bagian yang relatif kecil pada
pencemaran atmosferik jika dibandingkan dengan pengangkutan. Namun, karena
kegiatan industri merupakan aktivitas yang mudah diamati dan merupakan golongan
sumber pencemaran titik (point source of pollution), masyarakat pada
umumnya lebih menganggap industri sebagai sumber utama polutan yang menyebabkan
udara tercemar. Belum lagi dengan limbah padat dan limbah cair industri yang
semakin memperparah image negatif industri di masyarakat.
Pengendalian pencemaran akan membawa
dampak positif bagi lingkungan karena hal tersebut akan menyebabkan kesehatan
masyarakat yang lebih baik, kenyamanan hidup lingkungan sekitar yang lebih
tinggi, resiko yang lebih rendah, kerusakan materi yang rendah, dan yang paling
penting ialah kerusakan lingkungan yang rendah.
Faktor utama yang harus diperhatikan
dalam pengendalian pencemaran ialah karakteristik dari pencemar dan hal
tersebut bergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa yang dibebaskan ke
lingkungan, kondisi geografik sumber pencemar, dan kondisi meteorologis
lingkungan.
Pengendalian pencemaran udara dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu pengendalian pada sumber pencemar dan
pengenceran limbah gas. Pengendalian pada sumber pencemar merupakan metode yang
lebih efektif karena hal tersebut dapat mengurangi keseluruhan limbah gas yang
akan diproses dan yang pada akhirnya dibuang ke lingkungan. Di dalam sebuah
pabrik kimia, pengendalian pencemaran udara terdiri dari dua bagian yaitu
penanggulangan emisi debu dan penanggulangan emisi senyawa pencemar.
Alat-alat pemisah debu bertujuan
untuk memisahkan debu dari alirah gas buang. Debu dapat ditemui dalam berbagai
ukuran, bentuk, komposisi kimia, densitas, daya kohesi, dan sifat higroskopik
yang berbeda. Maka dari itu, pemilihan alat pemisah debu yang tepat berkaitan
dengan tujuan akhir pengolahan dan juga aspek ekonomis. Secara umum alat
pemisah debu dapat diklasifikasikan menurut prinsip kerjanya:
1.
Pemisah
Brown
Alat pemisah debu yang bekerja
dengan prinsip ini menerapkan prinsip gerak partikel menurut Brown. Alat ini
dapat memisahkan debu dengan rentang ukuran 0,01 – 0,05 mikron. Alat yang
dipatenkan dibentuk oleh susunan filamen gelas denga jarak antar filamen yang
lebih kecil dari lintasan bebas rata-rata partikel.
2.
Penapisan
Deretan penapis atau filter bag akan dapat menghilangkan debu hingga 0,1 mikron. Susunan penapis ini dapat digunakan untuk gas buang yang mengandung minyak atau debu higroskopik.
Deretan penapis atau filter bag akan dapat menghilangkan debu hingga 0,1 mikron. Susunan penapis ini dapat digunakan untuk gas buang yang mengandung minyak atau debu higroskopik.
Electrostatic
Precipitator
3.
Pengendap
elektrostatik
Alat ini
mengalirkan tegangan yang tinggi dan dikenakan pada aliran gas yang
berkecepatan rendah. Debu yang telah menempel dapat dihilangkan secara
beraturan dengan cara getaran. Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan
pengendap elektrostatik ini ialah didapatkannya debu yang kering dengan ukuran
rentang 0,2 – 0,5 mikron. Secara teoritik seharusnya partikel yang terkumpulkan
tidak memiliki batas minimum.
4.
Pengumpul
sentrifugal
Pemisahan
debu dari aliran gas didasarkan pada gaya sentrifugal yang dibangkitkan oleh
bentuk saluran masuk alat. Gaya ini melemparkan partikel ke dinding dan gas
berputar (vortex) sehingga debu akan menempel di dinding serta terkumpul
pada dasar alat. Alat yang menggunakan prinsip ini digunakan untuk pemisahan
partikel dengan rentang ukuran diameter hingga 10 mikron lebih.
5.
Pemisah
inersia
Pemisah
ini bekerja atas gaya inersia yang dimiliki oleh partikel dalam aliran gas.
Pemisah ini menggunakan susunan penyekat sehingga partikel akan bertumbukan
dengan penyekat dan akan dipisahkan dari aliran fasa gas. Alat yang bekerja
berdasarkan prinsip inersia ini bekerja dengan baik untuk partikel yang
berukuran hingga 5 mikron.
6.
Pengendapan
dengan gravitasi
Alat yang
bekerja dengan prinsip ini memanfaatkan perbedaan gaya gravitasi dan kecepatan
yang dialami oleh partikel. Alat ini akan bekerja dengan baik untuk partikel
dengan ukuran yang lebih besar dari 40 mikron dan tidak digunakan sebagi
pemisah debu tingkat akhir.
Di industri, terdapat juga beberapa
alat yang dapat memisahkan debu dan gas secara bersamaan (simultan).
Alat-alat tersebut memanfaatkan sifat-sifat fisik debu sekaligus sifat gas yang
dapat terlarut dalam cairan. Beberapa metoda umum yang dapat digunakan untuk
pemisahan secara simultan ialah:
Irrigated Cyclone Scrubber
1.
Menara
percik
Prinsip
kerja menara percik ialah mengkontakkan aliran gas yang berkecepatan rendah
dengan aliran air yang bertekanan tinggi dalam bentuk butiran. Alat ini
merupakan alat yang relatif sederhana dengan kemampuan penghilangan sedang (moderate).
Menara percik mampu mengurangi kandungan debu dengan rentang ukuran diameter
10-20 mikron dan gas yang larut dalam air.
2.
Siklon
basah
Modifikasi
dari siklon ini dapat menangani gas yang berputar lewat percikan air. Butiran
air yang mendandung partikel dan gas yang terlarut akan dipisahkan dengan
aliran gas utama atas dasar gaya sentrifugal. Slurry dikumpulkan di bagian
bawah siklon. Siklon jenis ini lebih baik daripada menara percik. Rentang
ukuran debu yang dapat dipisahkan ialah antara 3 – 5 mikron.
3.
Pemisah
venturi
Metode
pemisahan venturi didasarkan atas kecepatan gas yang tinggi pada bagian yang
disempitkan dan kemudan gas akan bersentuhan dengan butir air yang dimasukkan
di daerah sempit tersebut. Alat ini dapat memisahakan partikel hingga ukuran
0,1 mikron dan gas yang larut di dalam air.
4.
Tumbukan
orifice plate
Alat ini
disusun oleh piringan yang berlubang dan gas yang lewat orifis ini membentur
lapisan air hingga membentuk percikan air. Percikan ini akan bertumbukkan
dengan penyekat dan air akan menyerap gas serta mengikat debu. Ukuran partikel
paling kecil yang dapat diserap ialah 1 mikron.
5.
Menara
dengan packing
Prinsip
penyerapan gas dilakukan dengan cara mengkontakkan cairan dan gas di antara
packing. Aliran gas dan cairan dapat mengalir secara co-current,
counter-current, ataupun cross-current. Ukuran debu yang dapat
diserap ialah debu yang berdiameter lebih dari 10 mikron.
6.
Pencuci
dengan pengintian
Prinsip
yang diterapkan adalah pertumbuhan inti dengan kondensasi dan partikel yang
dapat ditangani ialah partikel yang berdiameter hingga 0,01 mikron serta
dikumpulkan pada permnukaan filamen.
7.
Pembentur
turbulen
Pembentur
turben pada dasarnya ialah penyerapan partikel dengan cara mengalirkan aliran
gas lewat cairan yang berisi bola-bola pejal. Partikel dapat dipisahan dari
aliran gas karena bertumbukkan dengan bola-bola tersebut. Efisiensi penyerapan
gas bergantung pada jumlah tahap yang digunakan.
Teknologi pengendalian harus dikaji
secara seksama agar penggunaan alat tidak berlebihan dan kinerja yang diajukan
oleh pembuat alat dapat dicapai dan memenuhi persyaratan perlindungan
lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan teknologi pengendalian
dan rancangan sistemnya ialah:
A.
Watak
gas buang atau efluen.
B.
Tingkat
pengurangan limbah yang dibutuhkan.
C.
Teknologi
komponen alat pengendalian pencemaran.
D.
Kemungkinan
perolehan senyawa pencemar yang bernilai ekonomi.
Industri-industri di Indonesia
terutama industri milik negara telah menerapakan sistem pengendalian pencemaran
udara dan sistem ini terutama dikaitkan dengan proses produksi serta
penanggulangan pencemaran debu.
PENUTUP
Pencemaran sebagai
hasil dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala industri,
pertambangan, maupun skala rumah tangga yang mampu merusak stabilitas
ekosistem, mencemari lingkungan, serta memberi kehidupan bagi kuman-kuman
penyebab penyakit. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung didalamnya sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia. Untuk itulah diperlukan pengolahan atau penanganan
sebagai cara untuk mangurangi resiko pencemaran lingkungan.
Tujuan utama
pengolahan pencemaran-pencemaran baik udara, cair, maupun padat ialah untuk
mengurangi kandungan bahan pencemar didalam air terutama senyawa organik, padatan
tersuspensi, mikroba patogen dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan
oleh mikroorganisme yang terdapat di alam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sastrawijaya,
A.Tresna, 2000, Pencemaran Lingkungan, PT.Rineka Cipta, Jakarta
2. Soemarwoto,
Otto, 2004, Atur Diri Sendiri; Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
3. Setiawan
B, Iwan, Bahan Ajar Ilmu Lingkungan, Jurusan Teknik Arsitektur UNTAD, 2009
4. NISHIDA
OSAMI, Actual State and Prevention of Marine Air Pollution from Ships, Review
of Kobe University of Mercantile Marine
No. 49, Kobe-Japan, 2001.
5. Tempo
Interaktif, 2005, Metromini Penyebab Pencemaran Udara Terbesar di Jakarta,
Januari 2005.
6. WRIGHT
A.A, Exhaust Emissions from Combustion Machinery, IMARE London, 2000.
7. Jurnal.Batan.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar